Gy3ZRPV8SYZ53gDjSFGpi7ej1KCaPY791pMbjB9m
Bookmark
Kalimat apa saja yang anda kehendaki (ketika tersorot oleh kursor)

Siddharta Gautama Pencerahan Sempurna

Siddharta Gautama Pencerahan Sempurna
Sesudah Sang Buddha mengalami Pencerahan Sempurna dimana baru saja mengalami batin yang luhur, keleluasan dan kebajikan diri sejati, maka Beliau merasakan sangat sukar untuk dapat mengungkapkan pengalaman batinNya tersebut kepada pihak lain yang tidak akan bisa mengerti. Kemudian Sang Buddha berpikir, "Bagaimana seandainya aku hidup menghormati dan memuja AjaranKu sendiri yang telah kupahami sendiri?" Beliau terus merenung akan keraguan orang lain yang masih dikuasai oleh keserakahan dan kebencian dapat menyerap AjaranNya yang berjalan menentang arus, yang sulit dimengerti, mendalam, sukar dirasakan dan halus.
Namun dalam keraguanNya itu, muncullah di hadapan Beliau, Brahma Sahampati dari alam Brahma dan memohon kepadaNya, "Bangkitlah, O Pahlawan, pemenang dalam pertempuran, pemimpin iring-iringan, Yang bebas dari hutang, dan berkelana di dunia! Biarlah Yang Mulia mengajarkan Dharma. Akan ada yang mampu memahami Dharma."
Dengan kebijaksanaanNya yang tinggi, Sang Buddha memeriksa dunia, Beliau melihat makhluk dengan sedikit dan banyak debu di mata mereka, dengan kecerdasan yang tajam dan tumpul, dengan sifat yang baik dan buruk, makhluk yang mudah dan makhluk yang sulit untuk diajarkan Dharma, dan ada sedikit yang memandang kejahatan dan kehidupan setelah ini dengan ketakutan, kemudian Beliau menyapa Brahma Sahampati, "Terbukalah bagi mereka Pintu menuju keabadiaan. Biarlah mereka yang mempunyai telinga bersandar pada keyakinan. Sadar akan adanya kebosanan, O Brahma, Aku tidak mengajar di antara manusia, Dharma yang indah dan hebat."
Setelah menerima permintaan untuk mengajarkan Dharma berulang kali dari Brahma Sahampati, maka akhirnya Sang Buddha berpikir kepada siapa harus dimulai tugas agung pertama Beliau tersebut. Kemudian Beliau bermaksud mencari lima pertapa (Kondanna, Bhaddiya, Vappa, Mahanama dan Assaji) yang pernah menemaniNya dulu dalam cara pertapaan menyiksa diri. Setelah tiba di Taman Rusa di Benares, maka dengan penampilan Beliau yang demikian hebat telah memaksa ke lima pertapa untuk memberikan penghormatan. Sesudah meyakinkan para pertapa yang pada mulanya agak keras kepala untuk dapat menerima Ajaran Sang Buddha, akhirnya kelima pertama tersebut dapat dibimbing dan diberi petunjuk oleh Sang Buddha ke dalam bentuk pemahaman bahwa Kebebasan adalah merupakan pencapaian Nirvana [Nibbana] , yaitu bebas dari kelahiran, kelapukan, penyakit, kematian, penderitaan, dan nafsu keinginan.
Dalam khotbah Dharma pertama yang dinamakan Pemutaran Roda Dharma [Dharmacakra Pravartana/Dhammacakka Pavattana] , Sang Buddha menjelaskan Jalan Tengah [Madhyama Pratipada/Majjhima Patipada] yang telah Beliau temukan dimana merupakan intisari Ajaran Beliau. Beliau mengawali khotbah ini dengan menasihati ke lima pertapa yang waktu itu masih mempercayai cara bertapa menyiksa diri, agar dapat menghindari kemelekatan pada nafsu keinginan inderawi yang rendah [kamasukhallikanuyoga] dan cara bertapa menyiksa diri [attakilamathanuyoga] karena hal tersebut tidak akan membawa Kedamaian dan Kebebasan.
Manusia sebagai makhluk hidup memang lemah adanya dimana pada saat kita mati, keempat unsur --tanah, air, api, dan udara-- saling melebur satu per satu, dan akhirnya menyatu dengan alam semesta. Namun ketika kita hidup, kita berbagi energi yang mampu melakukan segala-galanya, dari sehelai rumput sampai menjadi seekor gajah, tumbuh dan hidup, kemudian yang tidak bisa dihindarkan, tua dan mati. Pemahaman bijaksana akan Kebebasan merupakan kelahiran yang terakhir sehingga akan bebas dari segala penderitaan.

Buddha Gautama bersabda : " Ia yang telah berlindung kepada Buddha, Dhamma dan Sangha, dengan bijaksana dapat melihat Empat Kebenaran Mulia, yaitu : dukkha, sebab dari dukkha, akhir dari dukkha, serta Delapan Ruas Jalan Kemuliaan yang menuju pada akhir dukkha. Sesungguhnya itulah perlindungan yang utama. Dengan pergi mencari perlindungan seperti itu, orang akan bebas dari segala penderitaan." (Dhammapada, 190 - 192 ).
Post a Comment

Post a Comment